Tafsir Tahlili Surat Al Baqarah Ayat 84: Janji Bani Israil Kepada Allah untuk Tidak Menumpahkan Darah

- Jumat, 20 Januari 2023 | 19:23 WIB
Ilustrasi Tafsir Tahlili Surat Al Baqarah Ayat 84: Janji Bani Israil Kepada Allah untuk Tidak Menumpahkan Darah   (unsplash.com)
Ilustrasi Tafsir Tahlili Surat Al Baqarah Ayat 84: Janji Bani Israil Kepada Allah untuk Tidak Menumpahkan Darah (unsplash.com)

BERSHALAWAT.COM - Berikut Tafsir Tahlili Surat Al Baqarah ayat 84 berdasarkan tafsir Al Quran Kementerian Agama Republik Indonesia.

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَاۤءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ ۖ ثُمَّ اَقْرَرْتُمْ وَاَنْتُمْ تَشْهَدُوْنَ ٨٤

Artinya,"(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.”.

Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. 

Baca Juga: Apa Itu Metode Tafsir Tahlili? Simak Tuntas Artikel Ini, Semakin Cinta Al Quran!

Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika Kami, melalui Nabi Musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai Bani Israil, “Janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kampung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri.”

Selanjutnya, mereka juga diingatkan, “Kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur'an ini dan yang hidup pada masa Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian.”

Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia.

Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata “darahmu”, “dirimu sendiri” dan “kampung halamanmu”, padahal yang dimaksud adalah orang lain.

Baca Juga: Bacaan Niat Tayamum Arab dari Buya Yahya, Ini Caranya yang Benar!Baca Juga: Niat Puasa Qadha Ramadhan dari Buya Yahya, Wajib Diganti!

Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain.

Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam surah al-Hujurat/49: 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ 

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik) setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim".

Halaman:

Editor: Taupik Lubis

Sumber: kemenag.go.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X